Sabtu, 11 Juni 2016

STRATEGI PENALARAN UNTUK PERILAKU FAIR PLAY

makalah Sport History And Phylosophy
STRATEGI PENALARAN UNTUK PERILAKU FAIR PLAY
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Fair play memang mudah di ucapkan tetapi cukup sukar dipraktikan, bukan saja dalam olahraga tetapi juga dalam semua bentuk kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian asumsi yang kita pegang teguh adalah bahwa perilaku fair play itu dapat dididik dan dibiasakan. Persoalanya adalah bagaimana menerapkan nilai moral dan prinsip sehingga menjadi landasan berperilaku sportif ? Oleh karena itu makalah ini membahas persoalan ini dalam konteks olahraga.
            Dalam kehidupan di dunia olahraga sangat dibutuhkan sekali hal yang berkaitan dengan strategi penalaran untuk perilaku fair play yang didalamnya menyangkut beberapa aspek sehingga kami membahas konteks ini dalam olahraga yang pertama di bahas adalah aplikasi nilai moral dalam dunia olahraga yang didalamnya mengenai kepatutan perbuatan dalam berbagai aspek baik tentang peranan pemain, peranan wasit, dan peranan penonton.
            Yang kedua membahas mengenai nilar moral yang terkandung dalam konteks penalaran untuk perilaku fair play yang di dalamnya terdapat kotak teori persepsi olahraga yang mengatakan Motif, maksud, dan tindakan adalah sangat berbeda dengan apa yang dipersepsi tentang realitas. Dunia yang sebenarnya tidak serupa dengan potret yang ditangkap oleh persepsi yang bersifat selektif. Karena itu, sekaitan dengan sistem kepercayaan ke-1 dalam naskah diatas, pelaku mempersepsi kegitan bermain sepakbola sebagai aktivitas untuk mencapai tujuan akhir menang.
            Yang ketiga membahas prinsip yang berkaitan dengan strategi penalaran untuk perilaku fair play yang didalamnya terdapat kotak teori peraturan umum yang menjelaskan bahwa prinsif adalah pernyataan tertulis yang bersifat umum, atau aturan utama. Tak ada aturan yang lebih penting dari pada prinsip. Prinsip adalah aturan yang paling tinggi. Karena sifatnya yang universal, kita dapat menarik aturan dari padanya.
            Yang terakhir membahas mengenai pemilihan nilai moralnya yang didalamnya membahas empat nilai moral yang bersifat universal yaitu keadilan, kejujuran, tanggung jawab dan kedamaian.
            Maka agar seseorang yang selalu berhubungan dengan olahrag harus mempelajari dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan hal di atas sehinnga kelompok kami membuat makalah mengenai hal yang sangat penting ini.



B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud aplikasi nilai moral dalam strategi untuk perilaku fair play ?
2.      Jelaskan yang dimaksud nilai moral dalam strategi penalaran untuk perilaku fair play?
3.      Apa peranan prinsip dalam strategi penalaran untuk perilaku fair play ?
4.      Sebutkan macam-macam nilai moral ?
5.      Jelaskan nilai moral pertama yang bersifat universal ?
6.      Jelaskan nilai moral kedua yang bersifat universal ?
7.      Jelaskan nilai moral ketiga yang bersifat universal ?
8.      Jelaskan nilai moral keempat yang bersifat universal ?

C.Tujuan
1.      Untuk mengetahui maksud dari aplikasi nilai moral dalam perilaku fair play.
2.      Untuk mengetahui maksud dari nilai moral dalam perilaku fair play.
3.      Untuk mengetahui maksud dari prinsip dalam perilaku Fair play.
4.      Untuk mengetahui macam-macam nilai moral.
5.      Untuk mengetahui maksud dari nilai moral pertama yang bersifat universal.
6.      Untuk mengetahui maksud dari nilai moral kedua yang bersifat universal.
7.      Untuk mengetahui maksud dari nilai moral ketiga yang bersifat universal.
8.      Untuk mengetahui maksud dari nilai moral keempat yang bersifat universal.

BAB II
PEMBAHASAN
Strategi Penalaran Untuk Perilaku Fair Play.
Fair play memang mudah di ucapkan tetapi cukup sukar dipraktikan, bukan saja dalam olahraga tetapi juga dalam semua bentuk kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian asumsi yang kita pegang teguh adalah bahwa perilaku fair play itu dapat dididik dan dibiasakan. Persoalanya adalah bagaimana menerapkan nilai moral dan prinsip sehingga menjadi landasan berperilaku sportif ? Oleh karena itu makalah ini membahas persoalan ini dalam konteks olahraga.
APLIKASI NILAI MORAL
Sebagai pelatih atau pembina olahraga , kita sadar akan pentingny a semangat korps. Bahkan slogan  “ satu untuk semua dan semua untuk satu “ seperti sudah biasa kita dengar . Maknanyanya juga kita pahami. Betapa pentingnya kekompakan sebuah tim dan setiap anggota  bersatu untuk memberikan. Sumbangan sesuai dengan keahliannya atau kompetensinya untuk mencapai tujuan pribadi dan tujuan team sekaligus.
Dalam menghadapi kompetisi liga indonesia dalam sepakbola misalnya, persib bandung, persebaya atau seperti tim lainnya, semuanya memiliki masyarakat penggemar yang mengaku pendukung sejati. Para pendukung itu sangat fanatik seperti mampu menggerakan kekuatan yang sangat dahsyat.bahkan sekarangada kecenderungan yaitu para pecandu yang menjadi pendukung secara tidak langsung menjadi bagian untuk memenangkan pertandingan,  seperti mengintimidasi keputusan wasit  : “ wasit goblok .... wasit goblok,” demikian teriakan mereka menggema didalam stadion, bila mereka menanggap ada keputusan yang dinilai berpihak atau tidak menguntungkan tim kesayanggannya. Para pendukung cenderung menilai keputusan wasit merugikan tim nya, terutama jika tim nya bermain buruk dan kemudian kalah dalam pertandingan.
Sehubungan dengan kasus itu maka ada tiga pertanyaan :
1.      Apa yang terlintas dalam benak anda tentang tujuan yang ingin dicapai dalam bermain sepakbola ?
2.      Apa pendapat anda tentang peranan wasit, dan kemudian kehadiran tim tamu ?
3.      Apa pendapat anda tentang peranan fans atau pendukung ?
Ketiga pertanyaan tersebut ada sangkut pautnya dengan proses penerapan nilai moral yang berkaitan dengan penalaran mengenai  kepatutan perbuatan dalam berbagai aspek baik tentang peranan pemain, peranan wasit, dan peranan penonton.

NILAI MORAL
Karena kepercayaan itu bersifat abstrak maka tujuan kita adalah untuk                          “ membumikan" yang abstrak itu kedalam perbuatan yang konkret. Dalam penalaran moral, hal ini disebut nilai moral. Untuk menemukan apa yang menjadi rujukan nilai, maka pikiran, rasakan dan renungkan kepercayaan yang telah meresap pada diri anda.
Bertitik tolak dari ketiga pertanyaan di atas, pertama, apa tujuan bermain sepak bola ?
§  Kepercayaan 1 : untuk mencetak gol.
§  Kepercayaan 2 : untuk mencetak gol dan memenangkan pertandingan, tetapi tetap menghargai dan menghormati tim tamu.
§  Kepercayaan 3 : untuk menikmat permainan, apa pun hasilnya.bila jawaban terhadap pertanyaan pertama itu cenderung pada kepercayaan ketiga, kesatu maupun kedua. Demikianlah proses pemilihan yang terjadi, memilh satu dari tiga alternatif.
Sebelum sampai kedalam sistem kepercayaan, kejadian yang dihadapi itu dipersepsi oleh seseorang seperti di jelaskan dalam kotak  4.1. Agar lebih jelas mekanisme persepsi dalam olahraga, perhatikan gambar ( persepsi dan keputusan moral ) pada halaman berikut. Dalam bagan itu, tataran pertama adalah motif yang berada di tengah. Antara kondisi ideal dan yang riil. Motifnya adalah baik dan buruk. Yang baik adalah brmain sebaik mungkin, sementara motif buruk adalah mencari kesenangan dengan segala cara.
Kotak teori 4.1 persepsi olahraga
Motif, maksud, dan tindakan adalah sangat berbeda dengan apa yang dipersepsi tentang realitas. Dunia yang sebenarnya tidak serupa dengan potret yang ditangkap oleh persepsi yang bersifat selektif. Karena itu, sekaitan dengan sistem kepercayaan ke-1 dalam naskah diatas, pelaku mempersepsi kegitan bermain sepakbola sebagai aktivitas untuk mencapai tujuan akhir menang.
 
Maksud baik adalah bermain dengan memperlihatkan sportivitas, dan maksud jahat adalah bermain dengan tipu muslihat tindakan nyata itu ditujukan pada pencapaian tujuan permainan berupa peragaan performa sebaik-baiknya, sedangkan tindakan jahat berupa perbuatan curang, melukai lawan, menciderai pemain andalan lawan, dan lain-lain. Karena itu tindakan nyata baik yang ideal maupun yang diperagakan sebenarnya, dipengaruhi oleh motif dan maksud berbuat yang semuanya itu berpangkal pada persepsi.  

Ideal
Realitas
                                                                                                                                               
MOTIF
Main bagus                                                                             Menang dengan
                                                                                                            segala cara

                                                                                                                                               
MAKSUD
Sportif                                                                                     Mengakali
permainan
                                                                                                                                               
TINDAKAN
                                                                                                    
Tujuan: dominasi
Berdasarkan keunggulan

Tujuan : menang,
Curang, main keras

Persepsi dan keputusan moral : antara kondisi ideal dan realitas


PRINSIP
Dalam proses penalaran moral, nilai biasanya ditulis secara khusus yang  prinsip. Prinsip merupakan tuntunan yang bersifat universal yang akan mengatakan apa tindakan, maksud, dan motif yang dilarang, diizinkan, atau yang menjadi kewajiban.
Kotak teori 4.1
Peraturan utama :
Prinsif adalah pernyataan tertulis yang bersifat umum, atau aturan utama. Tak ada aturan yang lebih penting dari pada prinsip. Prinsip adalah aturan yang paling tinggi. Karena sifatnya yang universal, kita dapat menarik aturan dari padanya.

Dengan menempatkan sistem niai kedalam bentuk yang universal maka kita dapat menggunakan sistem nilai itu sebagai rujukan yang paling teguh untuk mengatasi masalah yang  paling alot untuk dipecahkan. Coba kita kembali ke sekenario sepakbola tadi. Bila kita berorientasi pada ungkapan “ setiap perilaku diterima sejauh bertujuan untuk menang, “ atau menang itu penting karena merupakan segala-galanya.
            Pernyataan itu tentu nyata bedanya dengan ungkapan :
§  “ menang itu memang penting, asal kita mematuhi peraturan,”
§  “ menang atau kalah, semuanya serba mungkin, “
§  “ menang atau kalah tak penting, bermain bagus lebih diutamakan, “
MEMILIH NILAI MORAL
Nilai moral itu beraneka macam,termasuk nilai moral itu loyalitas,kebijakan,kehormatan,kebenaran,respek,kergritas,keadilan,keramahan,integritas,keadilan,kooperasi,tugas,dan lain-lain.lada sumber yang paling sahih untuk memilih nilai moral itu yaitu agama-agama besar ,seperti islam,Kristen,hindu,dan buda,dan kepercayaan lainnya.ajarannya mengandung nilai inti yang berifat universal kan sanksi terhadap setdan dijunjung tinggi oleh pemeluknya.
Dalam anekan keragaman nilai itu, maka kita dapat memperoleh sari patinya.Ada empat nilai moral yang menjadi inti dan bersifat universal yaitu sebagai berikut.
Keadilan Nilai Moral Pertama
            Nilai moral pertama adalah keadilan. Di mana-mana diseluruh dunia,keadilan selalu dikumandangkan,dan dicari setiap orang,meskipun tak kunjung dicapai. Keadilan itu ada dalam beberapa bentuk: distributive,procedural,retributive,dan konpensasi. Keadilan distributive berarti keadilan yang mencakup pembagian keuntungan dan beban secara relative,dikaitkan dengan hasilnya. keadilan  procedural mencakup persepsi terhadap prosedur yang dinilai sportif atau fair dalam menentukan hasil. Keadilan retributif  mencakup persepsi yang fair sehubungan dengan hubungan yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi mencakup persepsi mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang diderita pada waktu sebelumnya.
Keempat bentuk keadilan itu melekat dalam pembuatan keputusan dan penalaran moral dalam dunia olahraga.Wasit berfungsi untuk menentukan sanksi terhadap setiap pelanggaran peraturan.itu tugasnya,bukan tugas penonton atau tugas pemain.karena itu ,ia diharapkan dapat membuat keputusan yang adil dan tidak berpihak.
            Hal ini dapat dianalisis dari keempat macam kaedilan itu tadi.Misalnya,bagaimana caranya memutuskan bentuk “hukuman” terhadap pelanggaran. Misalnya, bila ia ragu dalam memutuskan apakah pemain penyerang berada pada posisi off-side dalam sepakbola,ia minta pendapat penjaga garis.semua pemain penyerang akan protes, meskipun akhirnya harus dapat menerima jika misalnya wasit,dalam kasus lainnya,memberikan hukuman tendangan pinalti akibat pemain bertahan menyentuh bola dengan tangannya,atau sengaja menangkap bola di daerah penalty.Tentu saja ia berusaha berbuat adil seadil mungkin. Bila ia kurang yakin mungkin cukup dengan memberikan hukuman berupa tendangan bebas.





Kejujuran: Nilai Moral Kedua
            Kejujuran dan kebijakan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu terkait dengan kesan tidak berdusta,menipu,atau memperdaya. Hal itu terwujud dalam tindak atau perkataan. Semua pihak percaya bahwa wasit dapat mempertaruhkan integritasnya dengan membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya karena keputusannya mencerminkan kejujuran. 
            Demikian pula dipihak pemain,mereka saling percaya antara dua pihak lawan. Mereka bertanding dengan motif untuk memperagakan kelebihan teknik dan taktik dan memanfaatkan kelebihan fisik secara jujur,tidak dengan bantuan yang tidak sah. Seperti memakai doping ,tindakan ini merupakan pelanggaran terhadap nilai kejujuran, dn semua pihak percaya,tidak ada satu pun pemain yang menggunakan obat perangsang. Semuanya percaya, jika nanti ada yang menggunakannya akan terbongkar oleh tes doping.
 Tanggung Jawab: Nilai Moral Ketiga
            Tanggung jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung jawab ini adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Kita akan mengatakan, wasit itu tidak bertanggung jawab Sama sekali tidak bertanggung jawab, sebab keputusannya semena-mena. Ia membuat keputusan tanpa fakta yang meyakinkan,dan cenderung berdasarkan interpretasi yang tidak cermat, Misalnya, bagaimana wasit dapat menentukan gol telah terjadi dalm keadaan dia tidak jelas melihat, apakah bola telah melewati garis gawang atau belum.
            Dalam konteks lainnya, seorang atlet tentu harus bertanggung jawab kepada timnya, pelatihnya,dan kepada pemain itu sendiri. Tanggung jawab ini merupakan nilai moral terpenting dalam olahraga. Berkaitan dengan nilai inti ini, maka dalam proses pembinaan,para pendidik pendidikan jasmani dan pelatih olahraga diharapkan untuk menanamkannya, dan bukan dianggap sebagai dampak pengiring, tetapi bagian scenario pembelajarn.
Kedamaian: Nilai Moral Keempat
            Kedamaian mengandung pengertian (1) tidak akan menganiaya (2) mencegah penganiayaan (3) menghilangkan penganiayaan, dan (4) berbuat baik.
Tindakan kekerasan masih membayangi pertandingan olahraga. Bahkan makin meningkat, bukan bertambah surut. Perkelahian antara ofisial dengan pemain, pemain dengan pemain, atau penonton mengeroyok wasit dan aneka kekerasan terutama dalam sepakbola kian marak terjadi. Bahkan penonton dengan bangga memperlihatkan prilaku kasar yang sering disebut dalam istilah “holigan” alias kebrutalan. Prilaku agresif semacam ini jelas-jelas melanggar batas dan sangat tidak sportif. Yang dikwatirkan adalah perilaku semacam ini juga terjadi dan menular ke bidang kegiatan lainnya di mana orang tidak mampu menerima kenyataan dan selalu ingin berada di pihak yang lebih untung, meskipun harus dengan berbuat curang yang tidak kentara di hadapan orang.
            Kasus mencolok dalam perilaku sportif seperti contoh berikut ini sungguh menarik untuk disimak.
·         Kasus Willie White
Dalam kejuaraan atletik ruang tertutup di AS tahun 1965, juara lompat jauh puteri dari ingris, Mary Rand melakukan tolkan kaki melewati batas papan tolakan. Hal ini terjadi karena ia terganggu oleh berbagai tanda di lapangan. Akibatnya, ia tak berhak masuk ke babak final. Karena merasa saingannya dihukum dengan cara yang tidak fair maka atas permintaannya sendiri, Whillie White mengusulkan agar Mary Rand diberi kesempatan untuk melompat. Usulannya diterima oleh panitia dan pada lompatan keempat, Mary Rand berhasil lolos ke babak berikutnya hingga akhirnya keluar sebagai juara.
·         Kasus Bobby Charlton
dalam penilaian rekan  sejawat, pemain lawan, wartawan, penonton, maka pemain sepakbola Inggris, Bobby Charlton dinilai berhasil mencatat prestasinya yang mengagumkan di sepanjang kariernya dalam pertandingan internasional lebih dari 100 kali. Bobby tak pernah berbuat sesuatu yang melanggar fair play. Sikapnya sederhana dan penuh semangat dalam bermain, suatu contoh yang lengkap mengenai perilaku yang dijiwai oleh semangat sportivitas.

BAB III
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Jadi makalah ini membahas beberapa hal yang berkaitan dengan strategi penalaran untuk perilaku fair play yang pertama di bahas adalah aplikasi nilai moral dalam dunia olahraga yang didalamnya mengenai kepatutan perbuatan dalam berbagai aspek baik tentang peranan pemain, peranan wasit, dan peranan penonton. Yang kedua membahas mengenai nilar moral yang terkandung dalam konteks penalaran untuk perilaku fair play yang di dalamnya terdapat kotak teori persepsi olahraga yang mengatakan motif, maksud, dan tindakan adalah sangat berbeda dengan apa yang dipersepsi tentang realitas. Dunia yang sebenarnya tidak serupa dengan potret yang ditangkap oleh persepsi yang bersifat selektif.
Karena itu, sekaitan dengan sistem kepercayaan ke-1 dalam naskah diatas, pelaku mempersepsi kegitan bermain sepakbola sebagai aktivitas untuk mencapai tujuan akhir menang. Yang ketiga membahas prinsip yang berkaitan dengan strategi penalaran untuk perilaku fair play yang didalamnya terdapat kotak teori peraturan umum yang menjelaskan bahwa prinsif adalah pernyataan tertulis yang bersifat umum, atau aturan utama. Tak ada aturan yang lebih penting dari pada prinsip. Prinsip adalah aturan yang paling tinggi. Karena sifatnya yang universal, kita dapat menarik aturan dari padanya. Yang terakhir membahas mengenai pemilihan nilai moralnya yang didalamnya membahas empat nilai moral yang bersifat universal yaitu keadilan, kejujuran, tanggung jawab dan kedamaian.
B.Saran
Sebagai seseorang yang selalu berhubungan dengan olahraga kita perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan strategi penalaran untuk perilaku fair play agar dapat memberikan penjelasan dan pemahaman yang maksimal kepada anak-anak didik yang akan kita didik, supaya tidak terjadi penyimpangan mengenai penyampaian materinya.
Selain itu juga kita harus memberikan contoh yang sangat baik mengenai nilai moral dan tindakan fair play kepada anak didik yang kita didik karena para anak didik yang kita didik kebanyakan cenderung mencontoh atau meniru apa yang dilakukan oleh seorang pendidikya.







1 komentar: