makalah Sport History And Phylosophy
STRATEGI
PENALARAN UNTUK PERILAKU FAIR PLAY
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Fair play memang mudah
di ucapkan tetapi cukup sukar dipraktikan, bukan saja dalam olahraga tetapi
juga dalam semua bentuk kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian asumsi yang
kita pegang teguh adalah bahwa perilaku fair play itu dapat dididik dan
dibiasakan. Persoalanya adalah bagaimana menerapkan nilai moral dan prinsip
sehingga menjadi landasan berperilaku sportif ? Oleh karena itu makalah ini
membahas persoalan ini dalam konteks olahraga.
Dalam
kehidupan di dunia olahraga sangat dibutuhkan sekali hal yang berkaitan dengan
strategi penalaran untuk perilaku fair play yang didalamnya menyangkut beberapa
aspek sehingga kami membahas konteks ini dalam olahraga yang pertama di bahas
adalah aplikasi nilai moral dalam dunia olahraga yang didalamnya mengenai
kepatutan perbuatan dalam berbagai aspek baik tentang peranan pemain, peranan
wasit, dan peranan penonton.
Yang
kedua membahas mengenai nilar moral yang terkandung dalam konteks penalaran
untuk perilaku fair play yang di dalamnya terdapat kotak teori persepsi
olahraga yang mengatakan Motif, maksud, dan tindakan adalah sangat berbeda
dengan apa yang dipersepsi tentang realitas. Dunia yang sebenarnya tidak serupa
dengan potret yang ditangkap oleh persepsi yang bersifat selektif. Karena itu,
sekaitan dengan sistem kepercayaan ke-1 dalam naskah diatas, pelaku mempersepsi
kegitan bermain sepakbola sebagai aktivitas untuk mencapai tujuan akhir menang.
Yang
ketiga membahas prinsip yang berkaitan dengan strategi penalaran untuk perilaku
fair play yang didalamnya terdapat kotak teori peraturan umum yang menjelaskan
bahwa prinsif adalah pernyataan tertulis yang bersifat umum, atau aturan utama.
Tak ada aturan yang lebih penting dari pada prinsip. Prinsip adalah aturan yang
paling tinggi. Karena sifatnya yang universal, kita dapat menarik aturan dari
padanya.
Yang
terakhir membahas mengenai pemilihan nilai moralnya yang didalamnya membahas
empat nilai moral yang bersifat universal yaitu keadilan, kejujuran, tanggung
jawab dan kedamaian.
Maka
agar seseorang yang selalu berhubungan dengan olahrag harus mempelajari dan
memahami hal-hal yang berkaitan dengan hal di atas sehinnga kelompok kami
membuat makalah mengenai hal yang sangat penting ini.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud aplikasi nilai moral
dalam strategi untuk perilaku fair play ?
2.
Jelaskan yang dimaksud nilai moral dalam
strategi penalaran untuk perilaku fair play?
3.
Apa peranan prinsip dalam strategi
penalaran untuk perilaku fair play ?
4.
Sebutkan macam-macam nilai moral ?
5.
Jelaskan nilai moral pertama yang
bersifat universal ?
6.
Jelaskan nilai moral kedua yang bersifat
universal ?
7.
Jelaskan nilai moral ketiga yang
bersifat universal ?
8.
Jelaskan nilai moral keempat yang
bersifat universal ?
C.Tujuan
1.
Untuk mengetahui maksud dari aplikasi
nilai moral dalam perilaku fair play.
2.
Untuk mengetahui maksud dari nilai moral
dalam perilaku fair play.
3.
Untuk mengetahui maksud dari prinsip
dalam perilaku Fair play.
4.
Untuk mengetahui macam-macam nilai
moral.
5.
Untuk mengetahui maksud dari nilai moral
pertama yang bersifat universal.
6.
Untuk mengetahui maksud dari nilai moral
kedua yang bersifat universal.
7.
Untuk mengetahui maksud dari nilai moral
ketiga yang bersifat universal.
8.
Untuk mengetahui maksud dari nilai moral
keempat yang bersifat universal.
BAB
II
PEMBAHASAN
Strategi
Penalaran Untuk Perilaku Fair Play.
Fair play memang mudah
di ucapkan tetapi cukup sukar dipraktikan, bukan saja dalam olahraga tetapi
juga dalam semua bentuk kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian asumsi yang
kita pegang teguh adalah bahwa perilaku fair play itu dapat dididik dan
dibiasakan. Persoalanya adalah bagaimana menerapkan nilai moral dan prinsip
sehingga menjadi landasan berperilaku sportif ? Oleh karena itu makalah ini
membahas persoalan ini dalam konteks olahraga.
APLIKASI
NILAI MORAL
Sebagai pelatih atau
pembina olahraga , kita sadar akan pentingny a semangat korps. Bahkan
slogan “ satu untuk semua dan semua
untuk satu “ seperti sudah biasa kita dengar . Maknanyanya juga kita pahami.
Betapa pentingnya kekompakan sebuah tim dan setiap anggota bersatu untuk memberikan. Sumbangan sesuai
dengan keahliannya atau kompetensinya untuk mencapai tujuan pribadi dan tujuan
team sekaligus.
Dalam menghadapi
kompetisi liga indonesia dalam sepakbola misalnya, persib bandung, persebaya
atau seperti tim lainnya, semuanya memiliki masyarakat penggemar yang mengaku
pendukung sejati. Para pendukung itu sangat fanatik seperti mampu menggerakan
kekuatan yang sangat dahsyat.bahkan sekarangada kecenderungan yaitu para
pecandu yang menjadi pendukung secara tidak langsung menjadi bagian untuk
memenangkan pertandingan, seperti
mengintimidasi keputusan wasit : “ wasit
goblok .... wasit goblok,” demikian teriakan mereka menggema didalam stadion,
bila mereka menanggap ada keputusan yang dinilai berpihak atau tidak
menguntungkan tim kesayanggannya. Para pendukung cenderung menilai keputusan
wasit merugikan tim nya, terutama jika tim nya bermain buruk dan kemudian kalah
dalam pertandingan.
Sehubungan dengan kasus itu maka ada
tiga pertanyaan :
1.
Apa yang terlintas dalam benak anda
tentang tujuan yang ingin dicapai dalam bermain sepakbola ?
2.
Apa pendapat anda tentang peranan wasit,
dan kemudian kehadiran tim tamu ?
3.
Apa pendapat anda tentang peranan fans
atau pendukung ?
Ketiga pertanyaan tersebut ada sangkut
pautnya dengan proses penerapan nilai moral yang berkaitan dengan penalaran
mengenai kepatutan perbuatan dalam
berbagai aspek baik tentang peranan pemain, peranan wasit, dan peranan
penonton.
NILAI
MORAL
Karena kepercayaan itu
bersifat abstrak maka tujuan kita adalah untuk “ membumikan"
yang abstrak itu kedalam perbuatan yang konkret. Dalam penalaran moral, hal ini
disebut nilai moral. Untuk menemukan apa yang menjadi rujukan nilai, maka
pikiran, rasakan dan renungkan kepercayaan yang telah meresap pada diri anda.
Bertitik tolak dari ketiga pertanyaan di
atas, pertama, apa tujuan bermain sepak bola ?
§ Kepercayaan
1 : untuk mencetak gol.
§ Kepercayaan
2 : untuk mencetak gol dan memenangkan pertandingan, tetapi tetap menghargai
dan menghormati tim tamu.
§ Kepercayaan
3 : untuk menikmat permainan, apa pun hasilnya.bila jawaban terhadap pertanyaan
pertama itu cenderung pada kepercayaan ketiga, kesatu maupun kedua. Demikianlah
proses pemilihan yang terjadi, memilh satu dari tiga alternatif.
Sebelum sampai kedalam
sistem kepercayaan, kejadian yang dihadapi itu dipersepsi oleh seseorang
seperti di jelaskan dalam kotak 4.1.
Agar lebih jelas mekanisme persepsi dalam olahraga, perhatikan gambar (
persepsi dan keputusan moral ) pada halaman berikut. Dalam bagan itu, tataran
pertama adalah motif yang berada di tengah. Antara kondisi ideal dan yang riil.
Motifnya adalah baik dan buruk. Yang baik adalah brmain sebaik mungkin,
sementara motif buruk adalah mencari kesenangan dengan segala cara.
Kotak teori 4.1 persepsi olahraga
|
Motif, maksud, dan tindakan adalah
sangat berbeda dengan apa yang dipersepsi tentang realitas. Dunia yang
sebenarnya tidak serupa dengan potret yang ditangkap oleh persepsi yang
bersifat selektif. Karena itu, sekaitan dengan sistem kepercayaan ke-1 dalam
naskah diatas, pelaku mempersepsi kegitan bermain sepakbola sebagai aktivitas
untuk mencapai tujuan akhir menang.
|
Maksud baik adalah
bermain dengan memperlihatkan sportivitas, dan maksud jahat adalah bermain
dengan tipu muslihat tindakan nyata itu ditujukan pada pencapaian tujuan
permainan berupa peragaan performa sebaik-baiknya, sedangkan tindakan jahat
berupa perbuatan curang, melukai lawan, menciderai pemain andalan lawan, dan
lain-lain. Karena itu tindakan nyata baik yang ideal maupun yang diperagakan
sebenarnya, dipengaruhi oleh motif dan maksud berbuat yang semuanya itu
berpangkal pada persepsi.
Ideal
Realitas
MOTIF
|

segala
cara
MAKSUD
|

Sportif Mengakali
permainan
TINDAKAN
|

Tujuan: dominasi
Berdasarkan
keunggulan
|
Tujuan
: menang,
Curang,
main keras
|
Persepsi
dan keputusan moral : antara kondisi ideal dan realitas
PRINSIP
Dalam proses penalaran
moral, nilai biasanya ditulis secara khusus yang prinsip. Prinsip merupakan tuntunan yang
bersifat universal yang akan mengatakan apa tindakan, maksud, dan motif yang
dilarang, diizinkan, atau yang menjadi kewajiban.
Kotak
teori 4.1
|
Peraturan utama :
Prinsif adalah pernyataan tertulis
yang bersifat umum, atau aturan utama. Tak ada aturan yang lebih penting dari
pada prinsip. Prinsip adalah aturan yang paling tinggi. Karena sifatnya yang
universal, kita dapat menarik aturan dari padanya.
|
Dengan menempatkan
sistem niai kedalam bentuk yang universal maka kita dapat menggunakan sistem
nilai itu sebagai rujukan yang paling teguh untuk mengatasi masalah yang paling alot untuk dipecahkan. Coba kita
kembali ke sekenario sepakbola tadi. Bila kita berorientasi pada ungkapan “
setiap perilaku diterima sejauh bertujuan untuk menang, “ atau menang itu
penting karena merupakan segala-galanya.
Pernyataan
itu tentu nyata bedanya dengan ungkapan :
§ “
menang itu memang penting, asal kita mematuhi peraturan,”
§ “
menang atau kalah, semuanya serba mungkin, “
§ “
menang atau kalah tak penting, bermain bagus lebih diutamakan, “
MEMILIH
NILAI MORAL
Nilai moral itu beraneka
macam,termasuk nilai moral itu loyalitas,kebijakan,kehormatan,kebenaran,respek,kergritas,keadilan,keramahan,integritas,keadilan,kooperasi,tugas,dan
lain-lain.lada sumber yang paling sahih untuk memilih nilai moral itu yaitu
agama-agama besar ,seperti islam,Kristen,hindu,dan buda,dan kepercayaan
lainnya.ajarannya mengandung nilai inti yang berifat universal kan sanksi
terhadap setdan dijunjung tinggi oleh pemeluknya.
Dalam anekan keragaman
nilai itu, maka kita dapat memperoleh sari patinya.Ada empat nilai moral yang
menjadi inti dan bersifat universal yaitu sebagai berikut.
Keadilan
Nilai Moral Pertama
Nilai
moral pertama adalah keadilan. Di
mana-mana diseluruh dunia,keadilan selalu dikumandangkan,dan dicari setiap
orang,meskipun tak kunjung dicapai. Keadilan itu ada dalam beberapa bentuk:
distributive,procedural,retributive,dan konpensasi. Keadilan distributive
berarti keadilan yang mencakup pembagian keuntungan dan beban secara
relative,dikaitkan dengan hasilnya. keadilan
procedural mencakup persepsi terhadap prosedur yang dinilai sportif atau
fair dalam menentukan hasil. Keadilan retributif mencakup persepsi yang fair sehubungan dengan
hubungan yang dijatuhkan bagi pelanggar hukum. Keadilan kompensasi mencakup
persepsi mengenai kebaikan atau keuntungan yang diperoleh penderita atau yang
diderita pada waktu sebelumnya.
Keempat bentuk keadilan
itu melekat dalam pembuatan keputusan dan penalaran moral dalam dunia
olahraga.Wasit berfungsi untuk menentukan sanksi terhadap setiap pelanggaran
peraturan.itu tugasnya,bukan tugas penonton atau tugas pemain.karena itu ,ia
diharapkan dapat membuat keputusan yang adil dan tidak berpihak.
Hal
ini dapat dianalisis dari keempat macam kaedilan itu tadi.Misalnya,bagaimana
caranya memutuskan bentuk “hukuman” terhadap pelanggaran. Misalnya, bila ia
ragu dalam memutuskan apakah pemain penyerang berada pada posisi off-side dalam
sepakbola,ia minta pendapat penjaga garis.semua pemain penyerang akan protes,
meskipun akhirnya harus dapat menerima jika misalnya wasit,dalam kasus
lainnya,memberikan hukuman tendangan pinalti akibat pemain bertahan menyentuh
bola dengan tangannya,atau sengaja menangkap bola di daerah penalty.Tentu saja
ia berusaha berbuat adil seadil mungkin. Bila ia kurang yakin mungkin cukup
dengan memberikan hukuman berupa tendangan bebas.
Kejujuran:
Nilai Moral Kedua
Kejujuran
dan kebijakan selalu terkait dengan kesan terpercaya, dan terpercaya selalu
terkait dengan kesan tidak berdusta,menipu,atau memperdaya. Hal itu terwujud
dalam tindak atau perkataan. Semua pihak percaya bahwa wasit dapat
mempertaruhkan integritasnya dengan membuat keputusan yang fair. Ia terpercaya
karena keputusannya mencerminkan kejujuran.
Demikian
pula dipihak pemain,mereka saling percaya antara dua pihak lawan. Mereka
bertanding dengan motif untuk memperagakan kelebihan teknik dan taktik dan
memanfaatkan kelebihan fisik secara jujur,tidak dengan bantuan yang tidak sah.
Seperti memakai doping ,tindakan ini merupakan pelanggaran terhadap nilai
kejujuran, dn semua pihak percaya,tidak ada satu pun pemain yang menggunakan
obat perangsang. Semuanya percaya, jika nanti ada yang menggunakannya akan
terbongkar oleh tes doping.
Tanggung
Jawab: Nilai Moral Ketiga
Tanggung
jawab merupakan nilai moral penting dalam kehidupan bermasyarakat. Tanggung
jawab ini adalah pertanggungan perbuatan sendiri. Kita akan mengatakan, wasit
itu tidak bertanggung jawab Sama sekali tidak bertanggung jawab, sebab
keputusannya semena-mena. Ia membuat keputusan tanpa fakta yang meyakinkan,dan
cenderung berdasarkan interpretasi yang tidak cermat, Misalnya, bagaimana wasit
dapat menentukan gol telah terjadi dalm keadaan dia tidak jelas melihat, apakah
bola telah melewati garis gawang atau belum.
Dalam
konteks lainnya, seorang atlet tentu harus bertanggung jawab kepada timnya,
pelatihnya,dan kepada pemain itu sendiri. Tanggung jawab ini merupakan nilai
moral terpenting dalam olahraga. Berkaitan dengan nilai inti ini, maka dalam
proses pembinaan,para pendidik pendidikan jasmani dan pelatih olahraga
diharapkan untuk menanamkannya, dan bukan dianggap sebagai dampak pengiring,
tetapi bagian scenario pembelajarn.
Kedamaian:
Nilai Moral Keempat
Kedamaian
mengandung pengertian (1) tidak akan menganiaya (2) mencegah penganiayaan (3)
menghilangkan penganiayaan, dan (4) berbuat baik.
Tindakan kekerasan masih membayangi
pertandingan olahraga. Bahkan makin meningkat, bukan bertambah surut.
Perkelahian antara ofisial dengan pemain, pemain dengan pemain, atau penonton
mengeroyok wasit dan aneka kekerasan terutama dalam sepakbola kian marak
terjadi. Bahkan penonton dengan bangga memperlihatkan prilaku kasar yang sering
disebut dalam istilah “holigan” alias kebrutalan. Prilaku agresif semacam ini
jelas-jelas melanggar batas dan sangat tidak sportif. Yang dikwatirkan adalah
perilaku semacam ini juga terjadi dan menular ke bidang kegiatan lainnya di
mana orang tidak mampu menerima kenyataan dan selalu ingin berada di pihak yang
lebih untung, meskipun harus dengan berbuat curang yang tidak kentara di
hadapan orang.
Kasus
mencolok dalam perilaku sportif seperti contoh berikut ini sungguh menarik
untuk disimak.
·
Kasus
Willie White
Dalam
kejuaraan atletik ruang tertutup di AS tahun 1965, juara lompat jauh puteri
dari ingris, Mary Rand melakukan tolkan kaki melewati batas papan tolakan. Hal
ini terjadi karena ia terganggu oleh berbagai tanda di lapangan. Akibatnya, ia
tak berhak masuk ke babak final. Karena merasa saingannya dihukum dengan cara
yang tidak fair maka atas permintaannya sendiri, Whillie White mengusulkan agar
Mary Rand diberi kesempatan untuk melompat. Usulannya diterima oleh panitia dan
pada lompatan keempat, Mary Rand berhasil lolos ke babak berikutnya hingga
akhirnya keluar sebagai juara.
·
Kasus
Bobby Charlton
dalam
penilaian rekan sejawat, pemain lawan,
wartawan, penonton, maka pemain sepakbola Inggris, Bobby Charlton dinilai
berhasil mencatat prestasinya yang mengagumkan di sepanjang kariernya dalam
pertandingan internasional lebih dari 100 kali. Bobby tak pernah berbuat
sesuatu yang melanggar fair play. Sikapnya sederhana dan penuh semangat dalam
bermain, suatu contoh yang lengkap mengenai perilaku yang dijiwai oleh semangat
sportivitas.
BAB
III
KESIMPULAN
A.Kesimpulan
Jadi makalah ini
membahas beberapa hal yang berkaitan dengan strategi penalaran untuk perilaku
fair play yang pertama di bahas adalah aplikasi nilai moral dalam dunia
olahraga yang didalamnya mengenai kepatutan perbuatan dalam berbagai aspek baik
tentang peranan pemain, peranan wasit, dan peranan penonton. Yang kedua
membahas mengenai nilar moral yang terkandung dalam konteks penalaran untuk
perilaku fair play yang di dalamnya terdapat kotak teori persepsi olahraga yang
mengatakan motif, maksud, dan tindakan adalah sangat berbeda dengan apa yang
dipersepsi tentang realitas. Dunia yang sebenarnya tidak serupa dengan potret
yang ditangkap oleh persepsi yang bersifat selektif.
Karena itu, sekaitan
dengan sistem kepercayaan ke-1 dalam naskah diatas, pelaku mempersepsi kegitan
bermain sepakbola sebagai aktivitas untuk mencapai tujuan akhir menang. Yang
ketiga membahas prinsip yang berkaitan dengan strategi penalaran untuk perilaku
fair play yang didalamnya terdapat kotak teori peraturan umum yang menjelaskan
bahwa prinsif adalah pernyataan tertulis yang bersifat umum, atau aturan utama.
Tak ada aturan yang lebih penting dari pada prinsip. Prinsip adalah aturan yang
paling tinggi. Karena sifatnya yang universal, kita dapat menarik aturan dari
padanya. Yang terakhir membahas mengenai pemilihan nilai moralnya yang
didalamnya membahas empat nilai moral yang bersifat universal yaitu keadilan,
kejujuran, tanggung jawab dan kedamaian.
B.Saran
Sebagai seseorang yang
selalu berhubungan dengan olahraga kita perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan
dengan strategi penalaran untuk perilaku fair play agar dapat memberikan
penjelasan dan pemahaman yang maksimal kepada anak-anak didik yang akan kita
didik, supaya tidak terjadi penyimpangan mengenai penyampaian materinya.
Selain itu juga kita
harus memberikan contoh yang sangat baik mengenai nilai moral dan tindakan fair
play kepada anak didik yang kita didik karena para anak didik yang kita didik
kebanyakan cenderung mencontoh atau meniru apa yang dilakukan oleh seorang
pendidikya.
masndsm
BalasHapus