Kamis, 16 Juni 2016

catatan kemarin, entah kapan

BISMILLAH
Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Untuk kamu, Yang sempat hadir.
Apa kabar? Sudah lama kita tak jumpa. Jangankan berjumpa, saling sapa pun sudah tidak. Aku maklumi itu semua. Aku menghargai kehidupanmu, dan kamu? entahlah masih peduli dengan hidupku atau tidak.
Mungkin kamu akan bertanya, kenapa aku menulis ini semua? Jika kamu mengira, karena aku ingin mencuri perhatianmu tentu tidak (jangan baper yaaaa). Lantas untuk apa? Lalu jika kamu mengira aku ingin mendramatisir keadaan, itupun tidak. Sama sekali tidak.
Aku menulis semua ini hanya karena rindu. Tak pernahkah kamu merasakannya juga? Aku harap kamu sempat merindukanku walau hanya semalam. Setidaknya kamu mengingat bagaimana aku tertawa lalu menangis. Setidaknya kamu mengingat bagaimana susahnya berusaha dan mudahnya menyerah.
Cinta kita hanyalah cinta biasa. Cinta yang tumbuh tanpa kita sadari saat diperjalanan Cikuray. Cinta yang terus tumbuh hanya karena aku yang kamu anggap berbeda. Cinta yang terus tumbuh ketika kita bertukar sapa, senyum dan kabar. Cinta yang terus tumbuh karena tingkahku yang jadi salting setiap kali mendengar namamu. Manis. Aku masih bisa merasakannya walaupun hanya sedikit aku ingat.
Aku masih ingat betapa lucunya saat pertama kali kita jalan. Ingat tidak? Kita pergi ke taman kupu-kupu. Kita, entah hanya aku saja yang terlihat canggung saat itu. Buburkacang! Kita beli buburkacang pas pulang dari sana, belum pernah aku makan bubur kacang seenak itu. Agak jaim aku makannya dan memang giung sih tapi aku menikmatinya. Mungkin karena aku memang lagi baper bapernya huhuuu
Aku juga masih ingat betapa indahnya kala itu, ketika kamu terus membimbingku untuk lebih baik dalam pelajaran fisika, tak peduli seberapa kerasnya kamu lakukan itu untuk aku, kamu mencoba mengingat kembali materi yang sudah lalu, kamu nanya kesana kemari bagaimana cara mengitung dan cara menyelesaikannya. Aku tahu itu! Aku berterimakasih banyak sekali, banyaaaak sekali. Berkat kamu, alhamdulillah aku mendapatkan ranking 5 besar dikelas dan andai saja waktu itu aku menerima taruhanmu, mungkin aku udah ke Argopuro huhuuuuu.
Kamu tidak tahu, seberapa banyak aku tersenyum kala itu.
Aku tidak peduli, apakah aku cinta pertamamu atau bukan. Aku menyimpan memori dalam hidupmu atau tidak. Yang aku tahu aku merasakannya. Cukup aku. Kamu juga bukan kekasih pertamaku atau keduaku. Tapi percayalah. Kamu membuatku mengenal banyak hal untuk pertama kalinya. Kamu orang pertama yang membuatku percaya bahwa jodoh itu sudah Allah beri dan kita hanya perlu menunggu waktu itu tiba dengan berusaha untuk menjadi lebih baik.
Untuk kamu, yang sempat hadir.
Maaf aku sempat membuatmu muak. Dengan sikapku yang kekanak-kanakan. Yang sering mengeluh, yang sering berdrama dengan segala masalah. Kamu selalu mengingatkanku. Dan lagi, aku terlambat menyadarinya. Aku tau aku salah, tapi siapa yang peduli saat itu. Yang aku tahu hanya cinta itu menyakitkan ketika kamu pergi, itu saja. Bodoh? Iya, sangat bodoh. Kadang aku pun hanya tertawa bila mengingatnya. Perjalanan kita memang sangat lucu ternyata.
Aku ingat, kita memulai dengan cara yang salah. Entah aku, atau kamu. Tapi aku tak ingin menyalahkan siapapun, karena untuk masalah perasaan semua orang akan merasa benar. Meskipun penuh kebohongan dan ketidakpedulian. Cukup aku saja yang tahu maksud semuanya.
Perjalanan memang kadang membuat aku terbang lalu jatuh. Terimakasih, kamu telah menjadi perjalananku. Terimakasih, kamu pernah menjadi harapanku. Terimakasih, kamu telah mebuat aku percaya terhadap keyakinan. Terimakasih, telah memberikan cerita yang indah dalam dongeng hidupku. Terimakasih, atas semua hal yang pernah kamu lakukan untukku. Semua itu banyak membuat aku tersenyum dan kadang menagis. Hidup kadang terasa manis seperti gulali yang aku beli didepan home encun, tapi ada masanya terasa pahit seperti siki mahoni yang  aku makan saat osjur tahun kemarin. Dan kamu telah menjadikan keduanya di saat yang bersamaan. Sekali lagi, terimakasih. Untuk pernah hadir lalu pergi. Dan untuk sempat memulai lalu mengakhiri.
Untuk kamu, yang sempat hadir.
Aku tadi bilang bahwa aku merindukanmu, tapi setelah aku menulis ini semua aku tak lagi merasakannya. Aku sedang tersenyum, percayalah. Aku bahagia. Tak perlu aku yang merindukanmu lagi. Tugasku sudah cukup. Tugasku kini pergi lalu menghilang. Untuk tak saling mengenal akan lebih baik, mungkin? Hahaha hanya bercanda. Aku tidak akan kekanak kanakan lagi. Aku hanya berharap aku dan kamu baik baik saja. Kita bahagia bersama, di jalan yang berbeda.
Dan harapan terakhirku adalah suatu saat aku dapat bertemu kamu, dengan senyuman. Tak ada lagi kecanggungan. Lalu berbincang. Dan aku akan mengenalkan seseorang padamu. Dan sebaliknya.
Iya, seseorang yang aku kenalkan adalah orang yang membuat aku tersenyum setelah kamu membuat aku menangis. Dan kamu, mengenalkan seseorang yang kamu ajak tersenyum ketika aku sedang menangis.
Untuk kamu. Yang sempat hadir.
Aku merasa cukup. Dan aku pergi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar