MAKALAH Sport History And Phylosophy
PENGGUNAAN
DOPING DITINJAU
DARI
ASPEK ETIKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ambisi untuk menang dalam jagat olahraga, baik bagi kebanggaan diri
sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua
atlet menghalalkan segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum
secara teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh
menjadi besar dan kuat.
Tak perlu bertanya kepada para pelaku, kita bisa menduga bahwa prestasi,
gengsi, ambisi, bonus, uang, ketenaran, hiruk pikuk tepukan dan puja puji
adalah jawaban mengapa seorang atlet menggunakan doping. Bisa jadi atlet
hanyalah alat dari ambisi terselubung sebuah institusi induk organisasi, atau
siapapun yang berada di balik layar, atau bahkan sebuah negara. Nilai
sportifitas dalam beberapa cabang olahraga sering ternoda oleh pemakaian obat
doping yang dikonsumsi atletnya. Persaingan prestasi olahraga yang semakin
ketat membuat sebagian atlet sering menghalalkan berbagai cara.
Sejauh ini, jika seorang olahragawan dicurigai dan pada pemeriksaan
berikutnya benar-benar terbukti menggunakan Doping, maka dialah terdakwa utama,
mungkin ada kambing hitam yang ikut berperan namun luput dari jeratan sanksi.
Atau, tak jarang pula olahragawan tersebut memang pengguna doping sejati yang
merancangnya secara sistematis demi sebuah prestasi.
Kita memaklumi, banyak negara menjadikan olahraga bak sebuah industri,
melibatkan uang, melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Di sisi lain,
sajian olahraga menjadi makin menarik, penuh pesona, mampu menyedot perhatian
berjuta pasang mata, menciptakan kelompok-kelompok para fans, melecut gairah,
menggugah histeria.
Kadang memicu pertengkaran, perkelahian atau bahkan nyawapun jadi tumbal.
Untuk itulah para olahragawan (dan para ofisial) dituntut selalu tampil prima
untuk meraih impian, yakni kemenangan dan prestasi.
Tak ada yang salah ketika “kemenangan”, “gengsi” dan prestasi
dikumandangkan. Namun upaya ke arah itu sepantasnya menggunakan cara-cara jujur
dengan menjunjung tinggi nilai sportivitas sebagai “ruh” olahraga itu sendiri.
Tentu dengan latihan tekun, teratur, terukur, sistematis dengan memanfaatkan
teknologi terkini sejauh tidak melanggar ketentuan induk organisai olahraga dan
tidak merugikan kesehatan.
A. Rumusan Masalah
1. Kepercayaan Masyrakat
2. Peran atlet dalam pencegahan doping
3. Moral dokter olahraga
4. Tanggung jawab masyarakat terhadap
pengunaan doping
5. Fair play dan masa depan olahraga
dan etika
6. Isu Pengembangan Iptek Olahraga dan
Etika
7. Penyalahgunaan obat terlarang
B. Maksud dan tujuan
1. Dibuatnya makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Sport history and phylosopy
2. Memberi informasi kepada pembaca
mengenai masalah pengunaan doping
3. Memberikan pemahaman kepada pembaca
tentang doping yang tidak baik menurut etika olahraga maupun masyarakat umum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepercayaan Masyrakat
Salah satu akibat penggunaan obat
terlarang dalam olah raga adalah merosotnya kepercayaan terhadap hasil yang
dicapai dalam suatu kompetisi.Pemeliharaan kepercayaan ini sangat mahal dan
penting maknanya.
Kepercayaan
ini bukan persoalaan emmosi teteapi kelangasungan fungsi yang menjadi dasar
bagi keterperpercayaan yang mendalam. Dibalik persoaalan itu terdapat asumsi
yang percaya bahwa terapat satu peluang yang sama bagi semua orang untuk
berprestasi. Tentu saja, tujuan ini sngat sulit dicapai.
Sebagai
alat pengntrol adalah adanya peraturan tertulis yang menjadi rujukan perilaku
bagi semua pihak terkait, baik atlet maupun pelatih dan official serta pihak
lainnya, tak terkecuali pihak media masa.
Yang
harus dilakukan selajutnya adalah membangkitkan kebanggaan pada atlet mengenai
publikasi tentang prestasinya yang dicapai dengan memanfaatkan asli uaha dan kemamouan
badannya.
Doping
tidak saja menghilangkan kepercayaan antara atlet dan sesamanya teteapi juga
menghancurkan kepercayaan masyarakat kepada oalahraga.Krisis kepercayaan ini
sudah lama terjadi karna factor ketiddak jujuran itu.
Kesimpulannya,
pengunaan doping menghancurkan
kepercayaan masyarakat terhadap olahraga, karna itu pula penggunaan doping
menjatuhkan nilai pedagogi olahraga,
karna jatuhnya kga, keteerprcayaannya. Kredebilitas olahraga, kompetisi dan
atlet jatuh dimata masyarakat, sebab terjadi penipuan untuk berprestasi, tidak
berkat usaha dan dominasi kemamouan yang asli tetapi bantusn daari luar.
B. Peran atlet dalam pencegahan doping
Pengadaan
lab untuk menganalisis penggunaan obat perangsang dikalangan atlet tergolong
mahal, selain memerlukan keahlian dan peralatan canggih untuk kebutuhan
analisisnya
Di
Negara maju di bidang keolahragaan nya yang sudah mencapai tahap “ olahraga
memasyarakat, control dopping menjadi pekerjaan yang pasif, sebab begitu banyak
jumlah anggota olahragawan yang menjadi populasinya.karena itu di tempuh jalan
yaitu melalui pengacakan atau prsedur acak.Melalui prosedur undian, maka seiap
orang berpeluang terpilh menjadi subjek yang aka di periksa sebagai pegguna
dopping.
Penciptaan
jaringan internasional untuk menanggulangi masalah dopping ini, dari sisi ide
emang baik, tetapi tidak layak ditinjau dari aspek tekhnis dan ekonomis.Terlalu
jangkauan pekerjaan nya dan terlalu mahal pula biaya nya.
Cara
yang dianggap paling efektif adalah pengawasan melekat melaui pengendalian diri.Atlet
itu sendirilah yang mengawasi dirinya.Godaan memeng besar.Dinegara maju yang
gampang dan terbiasa dengan obat-obatan untuk merangsang performa, rayuan dari
ketersedian obat-ibat itu amat kuat.
Pengawasan
diri itu pada akhirnya terpulang pada etikadan nilai moral yang melekat pada
diri seseorang. Atas dasar rujukan itulah ia menentukan pilihannya, apakah
menggunakan doping atau tidak.
Jadi
yang menjadi benteng dan sekaligus filter untuk melindungi keselamatan atlet
adalah mereka sendiri. Namun demikian, aspek pedagogic, atau pendidikan
memainkan peranan penting dalam proses penyadaran dan pembentukan sikap serta
prilaku untuk mempertahankan keterpercayaan dankejujuran dalam olah raga.
C. Moral Dokter Olahraga
Selain
pelatih, dokter juga merupakan anggota tim atau warga yang ikut serta
memelihara keterpercayaan terhadap kompetisi dan performa. Sebgai ahli
propesional yang pahan akan khasiat obat dan aksesnya ditinjau dari aspek
farmakologi, maka dokter olahraga berpotensi untuk terjebak kearah pemberian
atau dukungan kepada atlet untuk menggunakan obat perangsang tersebut. Hal itu
dapat didorong oleh factor kormesialisasi yang berkait dengn factor ekonomi.
Ketenaran nama yang dicapai atlet akan mendorong peningkatan status sosialnya.
D. Tanggung jawab masyarakat terhadap
pengunaan doping
Pada
akhirnya, penangkalan masalah doping menjadi tanggung jawab semua orang, bukan
hanya atlet dan pelatih atau olahraga.Penggunaan doping emang terkait dengan
korteks social, namun penipuan terjadi, sehngga nilai moral memang berlaku
dalam kehidupan masyarakat. Bagi kita di Indonesia yang hidupnya banyak
bersandar pada nilai-nilai agama, doping dianggap sebagi sesuatu yang sangat berbahaya, karena bukan saja
merugikan dari segi kehidupan tetapi merandahkan martabat manusia.
E. Fair Play dan masa depan olahraga
Fair play harus menjadi bagian dari pembinaan
sejak dini.Ini berarti semua pihak yang terkait dengan pembinaan olahraga
memilkul tanggung jawab untuk mengsosialisasikan nilai itu.Manusia tidak dengan
sendirinya memiliki sifat-sifat luhur, dan tidak dengan otomatis memahami dan menerapkan
prinsip kejujuran dan keadilan dalam olahraga, termasuk bidang lainnya.
Tugas
kita mengamankan nilai fair play dan
serta pula mengamankan keselamatan olahraga dan olahragawan itu sendiri.Adalah
tanggung jawab kita semuanya untuk menyelamatkan jiwanya dan moralnya.
F. Isu Pengembangan Iptek Olahraga dan
Etika
Pada
tanggal 16 november 1985, presiden Republik Federal Jerman (sebelum Jerman
bersatu), Richard von weizsacker, menyampaikan kata sambutan dalam pertemuan
komite olypiade nasional Jerman tentang
olah raga, dia mengungkapkan bahwa sukses yang mempesona dalam olah raga modern
sekarang ini, pertam merupakan bentuk budaya, dan kedua, logika yang melekat
didalamnya, membangun daya dorong, seperti tersirat dalam moto olypiade, “citius, forties, altius”. Hokum
mendasar dari peradaban itu adalah prinsip performa yang terkait dengan ide
kemajuan tanpa akhir.
Dalam
sambutannya itu pula Presiden Von Weizsacker menandaskan bahwa ilmu pengetahuan
dan teknologi boleh maju terus menerus, tetapi tubuh manusia tak bisa demikian.
Paparan Von tentang masalah berat yang dihadapi sekarang dalam olahraga
tercakup dalam apa yang ia sebutkan sebagai “sebuah etika yang jelas dan
mengikat”. Yang dihasilkan dari semacam introgasi diri sendiri. Dengan
mengunakan alat force flatform di
ukur biomekanik dengan menempatkan atlet pada sebuah bidang yang berisi sensor
untuk selanjutnya data itu di teruskan kesebuah computer, demikianlah cuplikan
dari penerapan iptek kedalam olahraga.
G. Penyalahgunaan Obat Terlarang
Cerita
tentang penyalahgunaan obat terlarang itu seperti ta pernah kering.Anabolic steroid untuk mempercepat
pertumbuhan otot, mempercepat pemulihan setelah mengalami oprasi atau cidera
dan meningkatakan emosial atlet.
Prof.
Willdor Hollman, ketua colonage Institute
For Sport medicine and circulatory research,pernah berkata pada tahun 1985 “mungkin tak pernah
lagi,bahkan jauh kelak dimasa yang akan datang, kita akan menyaksikan sebuah
tipe olah raga prestasi tinggi tanpa masalah doping”. Karena itu setiap
prestasi tinggi, apalagi yang dinilai sangt istimewa, selalu di sertai dengan rasa
curiga.Dunia olahraga sudah penuh dengan ketidakpercayaan apakan prestasi yang
dicapai murni atau akibat penggunaan obat perangsang.
Komisi
medis IOC menyusun kode etik anti doping yang berisi kerangka elemen dasar yang
haru dihormati. Kode baru itu :
·
Memandang bahwa penghapusan sepenuhnya doping dari olahaga
merupakan salah satu tujuan pokok Gerakan Olypiade
·
Menerapkannya kedalam Olympiade,berbagai
kejuaraan dan semua kompetisi yang dalam kesempatan tersebut Internasional Olympiade Commite memberikan
jaringan perlindungan dan dukungan.
·
Dimaksudkan untuk menjamin respek atau ketaatan terhadap
etika olahraga untuk melindungi kesehatan atlet.
·
Menyediakan kesempatan untuk mengaukan appeal kepada Arbitrase pengabdian
untuk olahraga guna menolak keputusan tertentu yang dihasilkan oleh penerapan
kode tersebut.
Pengertan Anabolik Steroid
Anabolik
Steroid merupakan
nama yang lazim untuk subtans sintetis yang berkaitan dengan hormone seks pria
(androgen). Subtans itu bermanfaat
untuk menubuhkan otot dan perkembangan karakteristik jenis kelamin laki-laki,
dan juga beberapa pengaruh lainnya. Istilah “Anabolik Steroid” akan digunakan selanjutnya dalam penulisn naskah
ini karena keterbiasaan saja meskipun istilah yang tepat adala “anabolic-androgenik” steroid.
Anabolik
Steroid dikembangkan pada akhir tahun 1930-an terutama untuk menangani hygonadims, sebuah kondisi yakni buah
jakan tidak menghasilkan testosterone yang cukup untuk pertumbuhan normal,untuk
menangani penyakit karena HIVatau penyakit lainnya.
Selama
tahu 1930-an para ahli bahwa anabolic dapat mempelancar pertumbuhan otot
kerangka dalam uji coba terhadap binatang dalam laboraturium. Berdasarkan
khasiat inilah maka para atlet binaraga dan angkat besi menggunakannya dan
kemudian oleh para atlet cabang olah aga lainnya.Penyalahgunaan Anabolik Steroid begitu meluas
dilingkungan olahraga karena berpengaruh untuk meningkatkan prestasi.
Lebih
dari 100 macam Anabolik Steroid yang
dikembangkan, tetapi penggunaannya
harus menggunakan resep dokter.Akan tetapi, kebanyakan steroid digunakan secara
illegal adalah hasil selundupan.
Suplemen Anabolik Steroid
Di AmerikaSerikat misalnya,
suplemaen seperti Idehydroepiandrosterone(DHEA)
dan androstenedione (andro nama
pasaran) dapat dibeli secara illegal tanpa resep melalui sumber-sumber kormsial
termasuk took makanan yang sehat. Sering subtans itu disebut suplemen diet, meskipun
semuanya itu bukan makanan. Pemakai menggunakannya karena percaya terhadap efek
anaboliknya.Suplemen steroid itu dapat diubah menjadi testosterone, tetapi
bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan otot, atau suplemen itu sendiri,
apakah berpengaruh terhadap pertumbuhan otot kurang dipahami. Namun bila
jumlahnya banyak dan secara nyata meningkatkan testosterone didalam tubuh,
suplemen itu akan menghasilkan efek samping seperti pengauh Anabolik Steroid.
Cara pemakaian Anabolik Steroid
Para pemakai mengatur dosis selama 6-12 minggu secara
bertahap.Pada permulaan sirklus pemakai mulai dengan dosis yang rendah
kemuadian secara perlahan, berangsur-angsur meningkatkan dosisnya. Pada waktu
setengah sirklus kedua,dosisna dikurangi bahkan nol. Hal ini jga sering diikuti
dengan sirklus kedua, sementara pemakai berlatih tanpa menggunakan otot
terlarang. Para pemakai itu percaya bahwa dengan pemberian dosis dengan model
pyramid tersebut, memungkinkan system hormone tubuh untuk mengalami rekoveri.
Upaya penceggahan
Upaya pencegahan yang paling dini dimulai dengan melakukan
pemeriksaan,apakah seseorang sebagai pemakai atau bukan, disamping mendidik
anak-anak atau siswa tentang bahaya yang diakibat kan oleh obat terlarang.
Penelitian tentang program pembelajaran yang berkaitang dengan steroid
menunjukan bahwa mengajarkan para siswa tentang efek negative steroid memang
dapat meyakinkan mereka untuk menghindarinya.Penyajian informasi tentang resiko
dan manfaat anabolic (untuk keperluan medis) dapat memberikan keyakinan kepada
siswa mengenai bahaya steroid.
Upaya Pengobatan
Hanya sedikit informai yang diperoleh, diantaranya adalah
perlunya dukungan yang cukup secara psikilog kepada para pasien,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ambisi untuk menang dalam jagat olahraga, baik bagi kebanggaan diri
sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua
atlet menghalalkan segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum
secara teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh
menjadi besar dan kuat.Itu hanya membuat berbagai pihak merugai dan bisa dikatakan
bahwa hal tersebut adalah suatu kecurangan.
B. Saran
Kemenangan
dalam suatu pertandingan atau kompetisi merupakan kebanggaan tersendiri, tapi
kita tetap harus sportif. Jika ingim menang dalam sebuah pertandingan atau
kompetisi berusaha dan berlatih lah dengan sehat, jangan pernah untuk memakai
obat atau ramuan yang hanya akan membuat kita baik orng lain merugi.
DAFTAR PUSTAKA
Lutan,
Rusli. (2001) Olahraga dan Etika : Fair Play. Jakarta.
Direktorat Pemberdayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Olahraga, Direktorat
Jendral Olahraga, Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar