Sabtu, 11 Juni 2016

PENGGUNAAN DOPING DITINJAU DARI ASPEK ETIKA

MAKALAH Sport History And Phylosophy
PENGGUNAAN DOPING DITINJAU
DARI ASPEK ETIKA




BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ambisi untuk menang dalam jagat olahraga, baik bagi kebanggaan diri sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat.
Tak perlu bertanya kepada para pelaku, kita bisa menduga bahwa prestasi, gengsi, ambisi, bonus, uang, ketenaran, hiruk pikuk tepukan dan puja puji adalah jawaban mengapa seorang atlet menggunakan doping. Bisa jadi atlet hanyalah alat dari ambisi terselubung sebuah institusi induk organisasi, atau siapapun yang berada di balik layar, atau bahkan sebuah negara. Nilai sportifitas dalam beberapa cabang olahraga sering ternoda oleh pemakaian obat doping yang dikonsumsi atletnya. Persaingan prestasi olahraga yang semakin ketat membuat sebagian atlet sering menghalalkan berbagai cara.
Sejauh ini, jika seorang olahragawan dicurigai dan pada pemeriksaan berikutnya benar-benar terbukti menggunakan Doping, maka dialah terdakwa utama, mungkin ada kambing hitam yang ikut berperan namun luput dari jeratan sanksi. Atau, tak jarang pula olahragawan tersebut memang pengguna doping sejati yang merancangnya secara sistematis demi sebuah prestasi.
Kita memaklumi, banyak negara menjadikan olahraga bak sebuah industri, melibatkan uang, melibatkan berbagai pihak dan kepentingan. Di sisi lain, sajian olahraga menjadi makin menarik, penuh pesona, mampu menyedot perhatian berjuta pasang mata, menciptakan kelompok-kelompok para fans, melecut gairah, menggugah histeria.


Kadang memicu pertengkaran, perkelahian atau bahkan nyawapun jadi tumbal. Untuk itulah para olahragawan (dan para ofisial) dituntut selalu tampil prima untuk meraih impian, yakni kemenangan dan prestasi.
Tak ada yang salah ketika “kemenangan”, “gengsi” dan prestasi dikumandangkan. Namun upaya ke arah itu sepantasnya menggunakan cara-cara jujur dengan menjunjung tinggi nilai sportivitas sebagai “ruh” olahraga itu sendiri. Tentu dengan latihan tekun, teratur, terukur, sistematis dengan memanfaatkan teknologi terkini sejauh tidak melanggar ketentuan induk organisai olahraga dan tidak merugikan kesehatan.
A.    Rumusan Masalah
1.      Kepercayaan Masyrakat
2.      Peran atlet dalam pencegahan doping
3.      Moral dokter olahraga
4.      Tanggung jawab masyarakat terhadap pengunaan doping
5.      Fair play dan masa depan olahraga dan etika
6.      Isu Pengembangan Iptek Olahraga dan Etika
7.      Penyalahgunaan obat terlarang
B.     Maksud dan tujuan
1.      Dibuatnya makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Sport history and phylosopy
2.      Memberi informasi kepada pembaca mengenai masalah pengunaan doping
3.      Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang doping yang tidak baik menurut etika olahraga maupun masyarakat umum






BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kepercayaan Masyrakat
Salah satu akibat penggunaan obat terlarang dalam olah raga adalah merosotnya kepercayaan terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kompetisi.Pemeliharaan kepercayaan ini sangat mahal dan penting maknanya.
Kepercayaan ini bukan persoalaan emmosi teteapi kelangasungan fungsi yang menjadi dasar bagi keterperpercayaan yang mendalam. Dibalik persoaalan itu terdapat asumsi yang percaya bahwa terapat satu peluang yang sama bagi semua orang untuk berprestasi. Tentu saja, tujuan ini sngat sulit dicapai.
Sebagai alat pengntrol adalah adanya peraturan tertulis yang menjadi rujukan perilaku bagi semua pihak terkait, baik atlet maupun pelatih dan official serta pihak lainnya, tak terkecuali pihak media masa.
Yang harus dilakukan selajutnya adalah membangkitkan kebanggaan pada atlet mengenai publikasi tentang prestasinya yang dicapai dengan  memanfaatkan asli uaha dan kemamouan badannya.
Doping tidak saja menghilangkan kepercayaan antara atlet dan sesamanya teteapi juga menghancurkan kepercayaan masyarakat kepada oalahraga.Krisis kepercayaan ini sudah lama terjadi karna factor ketiddak jujuran itu.
Kesimpulannya, pengunaan  doping menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap olahraga, karna itu pula penggunaan doping menjatuhkan  nilai pedagogi olahraga, karna jatuhnya kga, keteerprcayaannya. Kredebilitas olahraga, kompetisi dan atlet jatuh dimata masyarakat, sebab terjadi penipuan untuk berprestasi, tidak berkat usaha dan dominasi kemamouan yang asli tetapi bantusn daari luar.


B.     Peran atlet dalam pencegahan doping
Pengadaan lab untuk menganalisis penggunaan obat perangsang dikalangan atlet tergolong mahal, selain memerlukan keahlian dan peralatan canggih untuk kebutuhan analisisnya
Di Negara maju di bidang keolahragaan nya yang sudah mencapai tahap “ olahraga memasyarakat, control dopping menjadi pekerjaan yang pasif, sebab begitu banyak jumlah anggota olahragawan yang menjadi populasinya.karena itu di tempuh jalan yaitu melalui pengacakan atau prsedur acak.Melalui prosedur undian, maka seiap orang berpeluang terpilh menjadi subjek yang aka di periksa sebagai pegguna dopping.
Penciptaan jaringan internasional untuk menanggulangi masalah dopping ini, dari sisi ide emang baik, tetapi tidak layak ditinjau dari aspek tekhnis dan ekonomis.Terlalu jangkauan pekerjaan nya dan terlalu mahal pula biaya nya.
Cara yang dianggap paling efektif adalah pengawasan melekat melaui pengendalian diri.Atlet itu sendirilah yang mengawasi dirinya.Godaan memeng besar.Dinegara maju yang gampang dan terbiasa dengan obat-obatan untuk merangsang performa, rayuan dari ketersedian obat-ibat itu amat kuat.
Pengawasan diri itu pada akhirnya terpulang pada etikadan nilai moral yang melekat pada diri seseorang. Atas dasar rujukan itulah ia menentukan pilihannya, apakah menggunakan doping atau tidak.
Jadi yang menjadi benteng dan sekaligus filter untuk melindungi keselamatan atlet adalah mereka sendiri. Namun demikian, aspek pedagogic, atau pendidikan memainkan peranan penting dalam proses penyadaran dan pembentukan sikap serta prilaku untuk mempertahankan keterpercayaan dankejujuran dalam olah raga.
C.     Moral Dokter Olahraga
Selain pelatih, dokter juga merupakan anggota tim atau warga yang ikut serta memelihara keterpercayaan terhadap kompetisi dan performa. Sebgai ahli propesional yang pahan akan khasiat obat dan aksesnya ditinjau dari aspek farmakologi, maka dokter olahraga berpotensi untuk terjebak kearah pemberian atau dukungan kepada atlet untuk menggunakan obat perangsang tersebut. Hal itu dapat didorong oleh factor kormesialisasi yang berkait dengn factor ekonomi. Ketenaran nama yang dicapai atlet akan mendorong peningkatan status sosialnya.
D.    Tanggung jawab masyarakat terhadap pengunaan doping
Pada akhirnya, penangkalan masalah doping menjadi tanggung jawab semua orang, bukan hanya atlet dan pelatih atau olahraga.Penggunaan doping emang terkait dengan korteks social, namun penipuan terjadi, sehngga nilai moral memang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Bagi kita di Indonesia yang hidupnya banyak bersandar pada nilai-nilai agama, doping dianggap sebagi sesuatu  yang sangat berbahaya, karena bukan saja merugikan dari segi kehidupan tetapi merandahkan martabat manusia.
E.     Fair Play dan masa depan olahraga
Fair play harus menjadi bagian dari pembinaan sejak dini.Ini berarti semua pihak yang terkait dengan pembinaan olahraga memilkul tanggung jawab untuk mengsosialisasikan nilai itu.Manusia tidak dengan sendirinya memiliki sifat-sifat luhur, dan tidak dengan otomatis memahami dan menerapkan prinsip kejujuran dan keadilan dalam olahraga, termasuk bidang lainnya.
Tugas kita mengamankan nilai fair play dan serta pula mengamankan keselamatan olahraga dan olahragawan itu sendiri.Adalah tanggung jawab kita semuanya untuk menyelamatkan jiwanya dan moralnya.
F.      Isu Pengembangan Iptek Olahraga dan Etika
Pada tanggal 16 november 1985, presiden Republik Federal Jerman (sebelum Jerman bersatu), Richard von weizsacker, menyampaikan kata sambutan dalam pertemuan komite olypiade nasional Jerman tentang olah raga, dia mengungkapkan bahwa sukses yang mempesona dalam olah raga modern sekarang ini, pertam merupakan bentuk budaya, dan kedua, logika yang melekat didalamnya, membangun daya dorong, seperti tersirat dalam moto olypiade, “citius, forties, altius”. Hokum mendasar dari peradaban itu adalah prinsip performa yang terkait dengan ide kemajuan tanpa akhir.
Dalam sambutannya itu pula Presiden Von Weizsacker menandaskan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi boleh maju terus menerus, tetapi tubuh manusia tak bisa demikian. Paparan Von tentang masalah berat yang dihadapi sekarang dalam olahraga tercakup dalam apa yang ia sebutkan sebagai “sebuah etika yang jelas dan mengikat”. Yang dihasilkan dari semacam introgasi diri sendiri. Dengan mengunakan alat force flatform di ukur biomekanik dengan menempatkan atlet pada sebuah bidang yang berisi sensor untuk selanjutnya data itu di teruskan kesebuah computer, demikianlah cuplikan dari penerapan iptek kedalam olahraga.
G.    Penyalahgunaan Obat Terlarang
Cerita tentang penyalahgunaan obat terlarang itu seperti ta pernah kering.Anabolic steroid untuk mempercepat pertumbuhan otot, mempercepat pemulihan setelah mengalami oprasi atau cidera dan meningkatakan emosial atlet.
Prof. Willdor Hollman, ketua colonage Institute For Sport medicine and circulatory research,pernah berkata  pada tahun 1985 “mungkin tak pernah lagi,bahkan jauh kelak dimasa yang akan datang, kita akan menyaksikan sebuah tipe olah raga prestasi tinggi tanpa masalah doping”. Karena itu setiap prestasi tinggi, apalagi yang dinilai sangt istimewa, selalu di sertai dengan rasa curiga.Dunia olahraga sudah penuh dengan ketidakpercayaan apakan prestasi yang dicapai murni atau akibat penggunaan obat perangsang.
Komisi medis IOC menyusun kode etik anti doping yang berisi kerangka elemen dasar yang haru dihormati. Kode baru itu :
·         Memandang bahwa penghapusan sepenuhnya doping dari olahaga merupakan salah satu tujuan pokok Gerakan Olypiade
·         Menerapkannya kedalam Olympiade,berbagai kejuaraan dan semua kompetisi yang dalam kesempatan tersebut Internasional Olympiade Commite memberikan jaringan perlindungan dan dukungan.
·         Dimaksudkan untuk menjamin respek atau ketaatan terhadap etika olahraga untuk melindungi kesehatan atlet.
·         Menyediakan kesempatan untuk mengaukan appeal kepada Arbitrase pengabdian untuk olahraga guna menolak keputusan tertentu yang dihasilkan oleh penerapan kode tersebut.

Pengertan Anabolik Steroid
Anabolik Steroid merupakan nama yang lazim untuk subtans sintetis yang berkaitan dengan hormone seks pria (androgen). Subtans itu bermanfaat untuk menubuhkan otot dan perkembangan karakteristik jenis kelamin laki-laki, dan juga beberapa pengaruh lainnya. Istilah “Anabolik Steroid” akan digunakan selanjutnya dalam penulisn naskah ini karena keterbiasaan saja meskipun istilah yang tepat adala “anabolic-androgenik” steroid.
            Anabolik Steroid dikembangkan pada akhir tahun 1930-an terutama untuk menangani hygonadims, sebuah kondisi yakni buah jakan tidak menghasilkan testosterone yang cukup untuk pertumbuhan normal,untuk menangani penyakit karena HIVatau penyakit lainnya.
Selama tahu 1930-an para ahli bahwa anabolic dapat mempelancar pertumbuhan otot kerangka dalam uji coba terhadap binatang dalam laboraturium. Berdasarkan khasiat inilah maka para atlet binaraga dan angkat besi menggunakannya dan kemudian oleh para atlet cabang olah aga lainnya.Penyalahgunaan Anabolik Steroid begitu meluas dilingkungan olahraga karena berpengaruh untuk meningkatkan prestasi.
Lebih dari 100 macam Anabolik Steroid yang dikembangkan, tetapi penggunaannya harus menggunakan resep dokter.Akan tetapi, kebanyakan steroid digunakan secara illegal adalah hasil selundupan.
Suplemen Anabolik Steroid
            Di AmerikaSerikat misalnya, suplemaen seperti Idehydroepiandrosterone(DHEA) dan androstenedione (andro nama pasaran) dapat dibeli secara illegal tanpa resep melalui sumber-sumber kormsial termasuk took makanan yang sehat. Sering subtans itu disebut suplemen diet, meskipun semuanya itu bukan makanan. Pemakai menggunakannya karena percaya terhadap efek anaboliknya.Suplemen steroid itu dapat diubah menjadi testosterone, tetapi bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan otot, atau suplemen itu sendiri, apakah berpengaruh terhadap pertumbuhan otot kurang dipahami. Namun bila jumlahnya banyak dan secara nyata meningkatkan testosterone didalam tubuh, suplemen itu akan menghasilkan efek samping seperti pengauh Anabolik Steroid.
Cara pemakaian Anabolik Steroid
Para pemakai mengatur dosis selama 6-12 minggu secara bertahap.Pada permulaan sirklus pemakai mulai dengan dosis yang rendah kemuadian secara perlahan, berangsur-angsur meningkatkan dosisnya. Pada waktu setengah sirklus kedua,dosisna dikurangi bahkan nol. Hal ini jga sering diikuti dengan sirklus kedua, sementara pemakai berlatih tanpa menggunakan otot terlarang. Para pemakai itu percaya bahwa dengan pemberian dosis dengan model pyramid tersebut, memungkinkan system hormone tubuh untuk mengalami rekoveri.
Upaya penceggahan
Upaya pencegahan yang paling dini dimulai dengan melakukan pemeriksaan,apakah seseorang sebagai pemakai atau bukan, disamping mendidik anak-anak atau siswa tentang bahaya yang diakibat kan oleh obat terlarang. Penelitian tentang program pembelajaran yang berkaitang dengan steroid menunjukan bahwa mengajarkan para siswa tentang efek negative steroid memang dapat meyakinkan mereka untuk menghindarinya.Penyajian informasi tentang resiko dan manfaat anabolic (untuk keperluan medis) dapat memberikan keyakinan kepada siswa mengenai bahaya steroid.
Upaya Pengobatan
Hanya sedikit informai yang diperoleh, diantaranya adalah perlunya dukungan yang cukup secara psikilog kepada para pasien,



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ambisi untuk menang dalam jagat olahraga, baik bagi kebanggaan diri sendiri, keluarga, maupun negara, menyebabkan atlet, pelatih, atau si orang tua atlet menghalalkan segala cara. Tersering, cara yang digunakan adalah meminum secara teratur obat, ramuan tetumbuhan, atau zat tertentu agar otot tubuh menjadi besar dan kuat.Itu hanya membuat berbagai pihak merugai dan bisa dikatakan bahwa hal tersebut adalah suatu kecurangan.
B.     Saran
Kemenangan dalam suatu pertandingan atau kompetisi merupakan kebanggaan tersendiri, tapi kita tetap harus sportif. Jika ingim menang dalam sebuah pertandingan atau kompetisi berusaha dan berlatih lah dengan sehat, jangan pernah untuk memakai obat atau ramuan yang hanya akan membuat kita baik orng lain merugi.

DAFTAR PUSTAKA


Lutan, Rusli. (2001)  Olahraga dan Etika : Fair Play. Jakarta. Direktorat Pemberdayaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Olahraga, Direktorat Jendral Olahraga, Departemen Pendidikan  Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar